Satu Persahabatan Dalam Hidupku


SATU PERSAHABATAN DALAM HIDUPKU

Aku sedang berjalan kearah luar gang rumahku menuju sekolah. Tetapi sebelum aku berangkat sekolah, aku harus menunggu Dina yang sedang menuju kearah depan gangku. Kulihat kedepan sana tetapi tidak seorangpun tampak, ketika aku sedang menunggu Dina, aku melihat dua orang teman sekelasku berjalan kearahku. Ya… itu Lila dan Uswah. “ Hey Nad… kamu kaq belum berangkat sekolah seh?!! “ Tanya Lila kepadaku.“ owh iya neh aku sedang menunggu Dina. “ Jawabku.“ ohh kamu sedang menunggu Dina, tapi Nad 10 menit lagi sekolah masuk tau!! Kamu ga takut telat??? “ Tanya Uswah kepadaku.“ ya udah kalau geto kita berangkat sekolah bareng ya?!! “ pintaku kepada Lila dan Uswah.          Merekapun mengiyakan ajakanku dan segera melangkahkan kaki untuk menaiki angkutan umum yang akan mengantarkan kami kesekolah.
                                             **** “

NADIAAA…!!! “ teriak Dina sambil melangkahkan kaki dengan cepat kearahku.“ Eh… Dina?!! ““ Eh… Dina, Eh… Dina lagi, kamu koq ninggalin aku seh Nad??? Tadi tuh aku kerumahmu tapi kata kakakmu, kamu baru aja berangkat!!! ““ Mmm…Sorry deh, abis kamu lama seh “.“ iiihh… kan udah aku bilang tunggu sampai aku datang?!! ““ iya…iya…sorry, udah donk jangan marah marah terus, kaya nenek – nenek aja!!! “.“ enak aja! Kamu tuh yang kaya nenek – nenek!!! “ jawab Dina dengan tampang kesalnya.           Melihat Dina mau marah-marah lagi, akupun berlari meninggalkan Dina menuju kelas dan duduk ditempatku, Dinapun berteriak – teriak sambil berlari-lari kecil kearahku dan melanjutkan ocehan – ocehan yang tadi tertunda.           Aku dan Dina bersahabat sejak duduk disekolah menengah pertama kelas 1 hingga duduk disekolah menengah kejuruan kelas 2. Orang tuaku sangat akrab dengan Dina, begitupun sebaliknya. Sudah seperti saudaraku sendiri.
                                               ****“

Lila… Uswah… “ panggilku. “ ya Nad, ada apa?!! “ jawab Lila.“ nanti pulang bareng ya!!! “. “ oh itu, liat nanti aja ya!!! “ jawab Lila.“ oce dehh, Mmm… tapi besok berangkat bareng lagi ya??? Aku tunggu kalian berdua di tempat tadi, oce?!! “. “ oceee…!!! “ jawab mereka berdua dengan kompak.           Semenjak kami sering pulang dan berangkat sekolah bersama, kami menjadi semakin akrab. Tidak hanya pulang dan berangkat sekolah saja kami bersama tetapi kemanapun dan acarapun kami selalu terlihat bersama. Dan sejak saat itulah satu persahabatan dalam hidupku tersulam kembali.
                                          ****“

koq Lila, Dina dan Uswah agak beda ya?? Apa mereka sedang ngerjain aku ya?!! “ aku duduk termenung dikelas yang masih kosong.   “ Mmm… mungkin hanya perasaan aku saja kale ya?!! “ ujarku dalam hati.           Aku merasa beberapa hari ini Lila, Dina dan Uswah agak cuek kepadaku. Mungkin karena sebentar lagi hari ulang tahunku. Padahal aku merasa karena mereka cuek kepadaku. “ Eh Nad… bengong aja kamu!!! “ ujar Uswah membuyarkan lamunanku.   “ ah nggak koq!!! ““ oya Nad, besokhari minggu teman – teman sekelas ngajakinkita lari pagi bareng. Kamu ikut kan? “ Tanya Dina.  “ gat au deh, lihat besok aja ya?!! MALEEZZ tau, masa liburan gene masih keluar juga…! Acara kelas lagee!!! ““ Nad pokoknya kamu harus ikut, kalau ga ikut dapet hukuman loh. “ Ujar Lila menakutiku.  “ Memangnya anak SD… masih ada hukuman, udah pokoknya lihat bezok aja deh, ya.. ya..!!! “.“ YOII !!! “ jawab Uswah dengan singkat.           Aku sudah menduga pazti mereka merencanakan sesuatu untukku esok hari. Aku merasa sangat penasaran dan agak sedikit takut.  “ Aduh aku dating nggak ya besok??? Pasti mereka belez dendam deh ke aku karena kemarin yang nerjain mereka adalah aku!!! “ ucapku dalam hati.“ udah deh lihat besok aja…! Kalau aku dijemput ya aku pergi, tapi kalau aku ga dijemput ya aku nggak pergi!!! “ kataku dalam hati lagi dengan memejamkan mata untuk tidur walaupun dengan sedikit perasaan gelisah.     

     Tik…Tok…Tik…Tok…, tepat jam 12 malam tiba – tiba aku terbangun karena mendengar suara telepon berdering. Akupun dengan segera mengangkatnya. “ Hallo… “ sapaku.Tak ada jawaban dari seberang.“ Hallooo… “ aku menyapa sekali lagi.Masih tidak ada jawaban jawaban juga.  “ HAPPY BIRTHDAY TO U HAPPY BIRTHDAY TO U HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY NADIA…!!! Terdengar nyanyian dari seseorang di seberang sana.“thanks ya!!! “ aku terharu.“ Met ultah Nadia! Ketujuh belas ya? Semoga kamu tambah dewasa, tambah cantik dan tambah gokil!!! “ ujar Isti.“ Paztee..!! ““ Nad sorry neh aku ga bias telepon kamu lama – lama soalnya aku ngantuk! Kamu met tidur ya Nad, sorry ganggu, bye Nadia…!!! ““ Bye!!! “           Isti adalah kakak kelas disekolahku. Dia sangat baik kepadaku tetapi sejak ia lulus aku jarang sekali bertemu dengan sia mungkin bias dibilang tidak pernah lagi. Ya… mungkin dia sibuk dengan kegiatan barunya.
                                          ****“

iiihh.. Alarm berisik banged seh!!! Kan masih ngantuk?!! “ gerutuku.          Akupun segera bangun dan beranjak merapikan diri. Walaupun berat dan malas sekali rasanya tetapi pagi ini aku harus pergi karena sudah mempunyai janji untuk lari pagi bersama teman sekelasku. Walaupun aku tahu kalu hari ini mereka sudah mempunyai rencana untuk mengerjaiku. “ Assalamu’alaikum…!!! ““ Wa’alaikumsalam… “ jawabku sambil membukakan pintu.“ Hey Nad?!! ““ Hey! ““ Gimana udah siap belum? Teman – teman udah nunggu kamu tuh!! ““ Iya.. Iya.. sabar donk!!! “ kataku sambil melangkahkan kakiku kearah timur.           Ternyata teman – teman sekelasku tidak dating semua pagi ini dan ternyata dugaanku tentang semua itu salah, merekatidak mengerjaiku. Aku merasa sangat senang. “ Upss.. tapi tunggu sebentar, sebuah telur mendarat dengan tepat diatas kepalaku!!! “. Akupun berteriak dan mengejar-ngejar Uswah dan teman yang lainnya. Merekapun semua berlari menjauhiku.
                                         **** 

" Assalamua’laikum…!!! Uswah… Uswah… “ Ucapkku setelah sampai didepan pintu rumahnya.“ Wa’alaikumsalam… ohh… Nadia, ayo masuk dulu Nad!!! “.          Uswah mempersilahkan aku masuk kedalam rumahnya. “ Tunggu sebentar ya nad, aku mau siap – siap dulu, nanti bila Lila dan Dina datang kita bias langsung berangkat kesekolah..! ““ iya.., tapi jangan pake lama, nanti aku jamuran lagi?!! “ jawabku sambil tersenyum kecil.           Tidak lama setelah Uswah berseragam sekolah rapi, Lila dan Dinapun datang. Aku dan Uswah segera keluar rumah dan memakai sepatu dengan cepat. “ yoo.. kita berangkat “ ucap Uswah setelah kami berpamitan dengan orang tuanya. Lalu kami bertiga menganggukan kepala dengan serempak sambil tertawa.         

Diperjalanan menuju sekolah, seperti biasa kami berempat bercerita dan bercanda tanpa merasakan teriknya matahari yang menyengat tubuh, karena kami terlalu asyik dengan candaan konyol Uswah yang membuat perut kami terasa sakit. Alangkah senangnya kami setiap hari seperti ini, selalu bersama – sama.           Ketika angkutan umum yang kami tumpangi sudah mengantarkan sampai tujuan dan pergi berlalu. Tiba – tiba Lila berbicara dengan kerasnya dan membuat aku, Dina dan Uswah kaget.    “ HEYY!!! Udah jam12.30 loh!!! “ Lila berusaha memberi tahu bahwa kami sudah terlambat masuk sekolah. Kami berlari – lari saling mendahului, sambil tertawa dan berbicara, “ tungguin donk, jangan cepet – cepet?!! “. Huh… lelahnya kami setelah berlari-larian. Kami berjalan perlahan menuju kelas dan sampailah didepan pintu kelas, lalu mengetuk pintu dan membuka dengan mengucapkan salam, lalu mencium tangan guru yang memang sudah duduk lebih awal sebelum kami datang.

           Kami mengawali hari dengan terlambat masuk sekolah yang memang bias di bilang ritinitas kami setiap harinya. Dan sekarang waktunya kami memandangi papan tulis yang penuh dengan huruf dan berbaris membuat shaf dan banjar. 1 jam, 2 jam, 3 jam, begitu bosannya kami belajar, hingga akhirnya bel istirahatpun berbunyi.     “ Akhirnya istirahat juga…!!! “. Kataku dalam hati.“ Nad, La, Din keluar yoo, Laperr nehh!!! “ ajak Uswah.           Kamipun berdiri lalu berjalan keluar kelas menuju tempat yang bisa menghilangkan rasa lapar dan haus. “ Makan… Makan…!!! Kita mau makan apa neh??? “ Tanya Uswah dengan bawelnya dan ketidak sabaran dia menunggu jawaban kami.“ Terserah deh “ ucap Dina dengan singkatnya.           Tanpa menunggu jawaban dari aku dan Lila, Uswah pun mengambil bakwan dan memasukkannya kedalam mulut, lalu dilanjutkan Lila, aku dan Dina. Setelah selesai makan, kamipun beranjak menuju masjid untuk melaksanakan shalat ashar.         

Waktu istirahatpun berakhir. Kami berempat memasuki kelas yang memang sudah ramai dengan teman – teman sekelas kami. Melanjutkan pelajaran yang tertunda. Iseng – iseng saat guru menjelaskan, aku menjaili Uswah dengan mengikat ujung jilbabnya. Teman – teman yang berada dibelakangku  tertawa – tawa dan berkata “ Dasar Jail?!! “. Aku hanya senyum – senyum kecil saja karena takut Uswah menyadarinya.           Bel pulang berbunyi, waktu kami pulang. Menaiki angkutan umum bersama, lalu berpisah ditengah perjalanan. “ aku duluan ya…!, Bye…bye….!!! “ ucapku sambil melambaikan tangan kepada Lila, Dina dan Uswah.         

Selama ini kami selalu bersama, baik susah maupun senang kami lewati bersama dan kami bersahabat cukup lamanya. Tetapi kenapa sudah beberapa hari ini, aku merasa persahabatan kami agak merenggang. Aku bersama dengan Lila sedangkan Uswah bersama dengan Dina. Aku merasa ada pembatas antara kami. Kepercayaan sedikit hilang. Banyak hal yang aku dan Lila sembunyikan ataupun sebaliknya Uswah dan Dina. Aku merasa cukup kehilangan dan sedih. “ Ada apa dengan persahabatan kami saat ini?? “ tanyaku dalam hati.“ apa penyebab ini semua, apakah bisa kami seperti dulu lagi, bercanda tawa dengan lepasnya tanpa adanya pembatas antara kami? “ sekali lagi aku bertanya pada diriku, tetapi sampai saat ini aku belum mendapatkan jawabannya.         

Kupandangi foto dalam bingkai, foto kami berempat. Aku, Lila, Dina dan Uswah. Sungguh satu persahabatan dalam hidupku yang begitu indah dan mengasyikan. Satu hal yang kusesali saat ini, “ mengapa aku harus egois dan diam saat melihat persahabatan ini hancur??! “ sesalku dalam hati.           Perjalanan hidup memang panjang. Membawa pertemuan dan perpisahan. Hari ini aku bertemu, besok aku berpisah. Namun seiring waktu berjalan kita tetap harus menjalani hidup ini dan memikirkan tujuan masa depan kita. Walaupun persahabatan ini bukan yang pertama bagiku, tetapi satu persahabatan inilah yang dapat membuat hari – hari dalam hidupku menjadi lebih bermakna.

Untuk Sahabat


UNTUK SAHABAT

Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat.   Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan. Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama, kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat. Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat. Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya.   “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada ‘sahabat’ku yang lain saat kami di perpustakaan.   “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, ‘sahabatku’. Tanpa mengajakku   Kugaris bawahi, dia tak mengajakku. Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman.   “Vy, gue numpang ya, ke  kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat.   Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya. Aku menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi  lagi-lagi mereka ‘menjauhiku’.    “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku.   “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai.   “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai.    Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku. Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali.    “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu.   Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu.    “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku.   Sesaat aku tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia selalu bersamaku. Tetapi aku masih sering merasa sendiri. Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku. Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan ‘curhatanku’. Dijamin aman. Malah mendapat solusi.   Silvy tiba-tiba memelukku.   “Sorry banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue. Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan tangisnya.   Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan ‘ingin menjadi sahabat’ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang membutuhkan kita sebagai sahabatnya.   Aku melepaskan pelukan kami.   “ Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,” kataku tersenyum. Menyeka sisa-sisa air mataku.   Kami tersenyum bersama. Persahabatan yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah.   Sahabat itu, terkadang tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La takhof, wala tahzan, innallaha ma’ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan pula tinggalkannya.

Dia Dan Aku


 DIA DAN AKU

aku tak sadar kalo selama ini aku terperangkap dalam cintanya yang begitu menakutkan dan membuatku gak bisa lepas dari genggamanya.tanpa ku sadar semua itu terjadi begitu saja saatku sadar aku sudah ada dalam genggaman tangannya yang bagitu kuat menggenggam cintaku ini.tanpa ku tau aku terjerumus dengan cintnya yang membutakan mataku menyilaukan hatiku dengan cintanya,,awalnya ku hanya mengenalnya sebagai teman saja tanpa rasa apa-apa padanya yang ku tahu hanya dia temanku dan aku memiliki hubungan dengan orang yang tepat bukan dengan orang yang tak punya perasan macam dia...tapi itu bagai senjata makan tuan bagiku,saat orang yang paling berharga bagiku pergi meninggalkanku dia hadir menemaniku dalam setiap keterpurukanku,tanpa ku tau ternyata aku mulai ada rasa sama dia,awalnya aku tak begitu peduli sama rasa itu aku hanya menganggapnya sebagai angin lalu,tapi lama-lama rasa itu menusukku bagitu keras tanpa ada orang yang tau tentang rasa itu lama ku pendam dia mengetahuinya kita sama-sama saling terbuka dalam masalah hati ini dan jadilah aku mencintainya dan memilikinya seutuhnya.ku jalani hubungan ini tanpa ada rasa salah atau benar semakin lama semakin lama aku mencintainya begitu dalam hinggaku tak sanggup untuk jauh darinya atau pun meninggalkannya,,,aku berharap cintaku ini akan menjadi yang terakhir.amieennamun,tuhan berkat lain disaat aku mencintainya hubunganku terhalang jurang pendidikannya yang harus dilanjutkan dibali,sontak aku kaget dan menanyakan benarkah dia akan meninnggalkanku selamanya dan menetap dibali seterusnya,dia dengan berat hati mengiyakan hal itu.aku menangis tak ada henti-hentinya meratapi kisah cintaku ini,,setelah keberangkatanya ku coba untuk merelakanya tapi aku tak sanggup merelakan dia jauh dariku?aku mencoba berbagai cara untuk melupakannya tetap ta bisa hingga akhirnya kucoba untuk mencari penggantinya.yah,memang ada penggantinya kujalani bersamanya tanpa ada rasa aku menyesal kenapa aku tak bisa mencintainya seperti aku mencintai dia.aku akhirnya memutuskan hubungan dengannya aku tak ingin dia terluka lebih jauh biar aku menyimpan rasa ini sampai nanti aku mati..tak sanggup aku mencintai orang lain selain dia.rasanya hancur hatiku mengenang dia menangisi dia tanpa dia tau apa aku harus merasa aperti ini.aku tak sanggup jika harus mencintainya tanpa dia tau..aku tak sanggup rasanya dia tinggal sendri..kurindu sapa hangatnya saatku bangub tidur,candanya saatku sedih,tawanya saat menggodaku,,,aku kangen dengan semua itu kemarin,hari ini dan selamanya,,,aku mencintainya bukan sebatas rasa suka tapi rasa cinta yang aku ingin jaga seutuh dan sepenuh hati bersamanya,,,,

Akhir Cinta Disty


AKHIR CINTA DISTY

12 April 2010 Sudut sepi kembali menyergap, menyergap kapan saja dan dimana saja, bahkan ketika sesuatu yang penting tak pernah aku sadari sebelumnya. Dingin membeku dan hampir merontokkan cintaku yang kini telah meleleh. “adiit …” teriakku untuk kesekian kalinya. Tetap saja ia tak pernah menghiraukanku atau bahkan tak sedikitpun, mendengar ucapanku. Ia tetap meneruskan jalannya yang 2* lebih cepat dariku. Sakit rasanya. *** 26 April 2010 2 minggu aku terus menunggu pesan dari Adit, aku berharap ia dapat mengerti. Dan akhirnya (ku kan setia menjagamu bersama dirimuu, dirimuu) nada itu mengalun, dan penantianku selama ini akhirnya pupus setelah adit berpesan Semuanya telah berakhir dis, Entah kapan kita bisa bertemu lagi Besok aku akan pergi ke Bangkok menyusul ayah dan kak Rey. Terima kasih untuk semuanya Dis, Setelah membaca itu aku benar-benar terpukul, Karena semua yang aku harapkan, yaitu bisa selalu bergelayut mesra di lenganmu raib sudah. Entah kapan aku akan sanggup menghapus jejakmu… 2 Mei 2010 Hujan turun disertai hentakkan keras sang kilat mega hingga menginjakkan kakinya di bumi. Disty, masih saja melihat tetesan hujan sambil melihat wajahnya di pantulan jendela kamarnya. Warna tumbuhan yang hijau ia rasakan begitu damai. “andai saja Adit disini” jawab Disty, ucapannya begitu pelan dan disertai nada panjang, membuat jendela sedikit beruap. Disty menulis di uap itu, Adit & Disty dan membiarkannya menghilang. Pagi yang indah, tapi tak seindah ketika aku bersama Adit, aku memang tak kenal lama dengan Adit, meskipun dia kekasih Dina sahabatku, tapi hati ini tak bisa berbohong dan mencoba menghilang dengan mudah bagai membalikkan telapak tangan. “aku tau, lo marah ama gw dit, ini memang gila” seruku sambil duduk di sofa sebelah tempat tidurku seraya memeluk dua kakiku yang terlipat. Terdengar suara yang muncul semakin dekat “dis, ada Dina tuh.” Teriak mama dari luar kamar, sambil membuka pintu “oh iya !!!” jawabku sambil keluar dan menemui Dina. Dina maafkan aku, mungkin ini gila dan cukup tragis, aku tahu kamu sayang sama Adit, aku juga tahu itu tapi memang ini jalan terakhir, aku akan mencoba lupakan adit.. “eh, dina . .” sapaku sambil ambil posisi disebelahnya. “jalan yuk, ke kafe biasa, temenin gw yah !!” pinta dina sambil sedikit berbisik. “iya, bentar ya. Ganti baju dulu” jawabku sambil sedikit berjalan ke tangga. “iya” akhir dina. Suara lagu klasik setia menemani keberadaan dua sahabat yang dari SMP berteman ini. Disty yang punya sifat ceria, pintar, dan cantik. Sedangkan Dina yang punya sifat pendiam, baik hati, dan manis. Mereka berdua juga berurutan dalam absen dan selalu Dina baru Disty, banyak hal yang telah mereka lalui. Sekarang mereka pun SMA di tempat yang sama yaitu SMA Bhakti Bulan, gak jauh dari rumah dina. “gw heran sama sikap Adit, yang tambah perhatian” “wah bagus dong !” jawabku meskipun perih dan ternyata Adit memang tak pernah menghiraukanku. “iya, nih liat video aku pas ulang tahun dia. Romantis kan ?” sambil memperlihatkan video yang benar-benar membuat hati sakit dan terpukul. Selama Disty suka sama Adit, kemesraan yang diperlihatkan Adit semakin gencar, jelas ! penolakan secara tak langsung membuat hati perih dan Disty harus pintar-pintar menutupi perasaannya, dan sebagai sahabat karib ia harus ikut senang juga melihat sahabatnya itu. Ukh, akhirnya selesai… Ya tuhan, kenapa aku suka sama Adit ? pacar sahabatku sendiri ? Ya tuhan, aku ini bersalah… Doaku secara tak langsung ketika pertemuan itu selesai, Aku kembali duduk di Sofa kembali memeluk kakiku yang terlipat Sejenak aku diam dan menutup jendela karena malam telah semakin surut. 3 mei 2010 Pagi menjelang, matahari telah muncul dan duduk manis di langit yang biru dan udara yang cukup bersahabat. Untuk udara sekelas kota Bandung yang dinginnya bisa menusuk tulang, apalagi aku tinggal di hampir lereng gunung. Aku mencoba mengingat, Kenapa Adit lagi Adit lagi ? selalu ada bayangan adit yang benar nyata terlintas difikiranku, Tadi pagi aku sarapan, dan aku terbayang ketika Adit bilang “makan yang banyak yah…” Terus baru saja aku mengulas wajahku dengan bedak, aku terfikir kala Adit bilang “udah cantik ko !!” “akkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhh” teriakku dalam hati sambil mengusutkan rambutku. Aku baru sadar, besok ulang tahun Dina yang ke 17, wah sweet seventeen pasti adit datang. “Disty inget, Adit hanya punya Dina, sahabat lo !!!” seruku sambil pergi sekolah. *** Bel berbunyi, namun Disty masih saja duduk di kelas sambil melihat Kartu undangan yang diberi Dina tadi saat istirahat. Waktu menunjukkan pukul 14.52 , tapi Disty tetap tak bergeming dari tempat duduk yang memang paling sudut depan meja guru. Ketika ia sadar waktu telah menelannya jauh lebih dalam ke dalam lamunan kosong, ia lihat jam dinding di belakangnya. “hah udah jam 3 sore !!” seru Disty, Tiba-tiba muncul kembali bayangan Adit yang duduk bersilangan dengannya tepat di sudut paling belakang sebelah kanannya ketika ia menoleh tadi. “mau terus duduk disitu, bukannya kamu pernah bilang kelas kamu angker ya, apalagi tempat yang aku dudukin sekarang ?” sambil tersenyum Adit, menatapku. Tapi saat aku mengedip, bayangannya hilang. Aku segera lari meninggalkan kelas, dan lari di koridor yang terasa tak ada ujungnya. 4 mei 2010 Hari ini hari yang special buat sahabatku, karena di umur yang sudah 17 ini umur yang menjadi pintu segalanya, bisa punya KTP dan SIM jadi kalo Dina antar aku ke Toko Buku kita gak usah menghindar dari kejaran Pak Toto, Polisi lalu lintas yang selalu nge.gap aku dan Dina karena gak punya SIM dan KTP. Umur 17 yang kata orangtua baru boleh pacaran, dan bisa nonton film dewasa yang terbatas umur di umur 17, Disty telah takut melalui hari ini, ingin sekali Disty meminta pada tuhan untuk loncat ke tanggal 5. Tapi mau gak mau Disty harus siap dengan segalanya dan ketemu dengan Adit. Disty datang lebih awal dari undangan yang meminta para tamu undangan datang pukul 10.00. Sedangkan Disty datang 1 jam sebelumnya. Dengan dibalut baju dress panjang selutut, highheels berpita berwarna jeruk, rambut yang di gelung dengan tusuk konde setengah dari rambutnya, dan lipgloss pink membuat Disty cantik, lain dari biasanya yang apa adanya. Meskipun selalu paling cantik, tetap saja selalu Dina yang mendapatkan segalanya. Semua cowok yang Disty suka, selalu lebih suka ke Dina. “eh, dis, kok kamu dateng jam segini ?” tanya Dina, dengan baju tidur yang baru akan dirias. “aku ada urusan, jadi harus datang lebih awal. Happy birthday ya My Bestfriend” sulit sekali Disty mengucapkan Bestfriend, dalam fikirannya apakah dia masih layak dipanggil sahabat ? “oh, iya. Ngga makan dulu ?” tanya Dina, sambil menuntun Disty duduk di meja yang dipenuhi minuman, dan kue. “aku ke Florist dulu ya, katanya ada pembukaan cabang lagi” pinta Disty. “dasar mama kamu, pinter banget kalo soal bunga” akhir Dina. Waktu menunjukkan pukul 10.30, Aku kembali datang dengan sepuket bunga Lili kuning kesukaan Dina. Aku mempercepat langkah, tapi tertahan dari balik pintu dan mencoba melihat hal ini untuk kesekian kalinya. Satu tetes air mataku tumpah ketika hati ini benar-benar sakit, beberapa tetes lagi air mataku tumpah lebih banyak, aku mencoba menahan, tapi terlalu sering aku menahannya. Menahan ketika Adit, kirim sms “AKU HANYA CINTA KAMU” ke ponsel Dina, tepat ketika aku menyatakan cinta ke Adit. Menahan ketika Adit mencium kening Dina dihadapanku. Puket itu jatuh seketika, aku segera meninggalkan halaman rumah Dina dan mengundurkan niat untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Aku pergi ke tempat yang paling indah, diatas gedung ayah. Disana aku bisa nangis, dan teriak tanpa terusik siapa pun. “Tuhan jelaskan kenapa aku terlalu cinta sama pacar sahabatku sendiri, ini jelas salah dan terlalu ganjil. Aku gak bisa lihat Adit untuk kesekian kalinya mencium kening Dina seperti tadi. Aku rela 1000 cowok yang aku suka lebih suka sama Dina, tapi tolong lepaskan Adit untuk aku…” “sebenarnya aku cape selalu jadi tokoh dibalik layar Dina, Dina selalu dapat pujian dari para lelaki yang aku suka, banyak yang bilang Dina lebih manis daripada aku. Tapi gak apa-apa aku rela, aku turut senang kalo sahabat aku senang. Sudah cukup pengorbanan aku ?” tanyaku dengan menatap ke bawah gedung. Tak lama ketika Disty berkata seperti itu, Adit dan Dina datang. Mereka melihat Disty jauh lebih nekat, entah kenapa dia berani duduk dipinggir gedung. Dina menganggap Disty mau bunuh diri, namun ketika Adit mengulurkan tangannya Disty terpeleset dan kalian pasti dapat menyimpulkan sendiri. Disty jatuh dari gedung setinggi 102 m. Entah takdir atau memang Disty dapat duga, ia sempat merekam suara terakhirnya yang bicara “hai Adit, hai Dina !!, sahabat baikku dari dulu. Maafkan aku ya Dina, aku sebenarnya mencintai Adit. Tapi aku harus melupakan Adit, karena aku tahu Adit gak akan pernah jadi milik aku. Aku juga bingung kenapa dari sekian banyak lelaki Adit lah yang aku suka, tapi aku akan coba lupakan rasa ini meski perih banget. Kamu akan selalu jadi sahabat aku, kapanpun din, sampai mati din, dan Adit, jagain sahabat aku ya saat aku gak ada disisinya. Meskipun cinta aku sama kamu dalem banget tapi aku akan simpan itu sebagai kenangan indah meski berakhir sulit. Dah” 3 bulan setelah kepergian disty, Dina menjadi pendiam dan stress berat, sampai harus di rawat di RSJ. Adit pun masih terus dihantui rasa bersalah. Dan sekarang Disty telah damai di tempat yang gak akan membuatnya menangis lagi.

Tentang cinta


TENTANG CINTA

Hanya butuh
1 menit untuk dapat suka dengan seseorang, hanya butuh 1 jam untuk menyukai
seseorang dan 1 hari untuk mencintai seseorang tapi butuh waktu seumur hidup
untuk melupakan seseorang. Pergilah untuk seseorang yang membuatmu tersenyum
karena hanya butuh senyuman untuk membuat hari yang gelap terlihat terang.

Ada masanya
dalam hidup ketika kamu merasa sangat merindukan seseorang dan kamu berharap
dapat mengambil dia dari mimpimu dan memeluknya dalam kehidupan nyata!
Bermimpilah apa yang kamu ingin mimpikan, pergilah kemana kamu ingin pergi,
jadilah apa yang kamu ingini karena kamu hanya mempunyai satu kehidupan dan
satu kesempatan untuk melakukan semua hal yang kamu ingin lakukan.

Cinta terlarang


“Cinta terlarang”

Tangis sendu mengiringi diriku tuk yang ku rindu
Lepas tanganmu tak melepas harapanku
Tiada kata tuk berpisah
Sedih hati menambah resah
Lamunan hatiku menunggu dirimu
Sayu sembilu………
Tanpamu ku rasa semu
Menunggu yang ku rindu
Harap tuk bertemu,tak mungkin jua tuk bersatu
Segala cinta yang ada,terlarang adanya
Tumbuh cinta dalam cinta
Tersirat hasrat jiwa,hati yang merana

Arti persahabatan


 Persahabatan

persahabatan sgtlah indah
seperti burung dan kakatua
aku ingin meraih persahabatan
seperti kalian yg indah persahabatannya
hai temanku aku ingin menjadi sahbatmu
aku janji aku tidak akan
Berbohong,menyakiti ataupun
melanggar peraturan

Sahabatku


 Sahabatku

Sahabat…
Sahabat terkadang bisa buat kita senang…
Tapi sahabat juga bisa membuat kita terluka…
Dikala engkau senang,…
Dikala engkau sedih,…
Hanya kepadaku engkau bersandar…
Sahabat…,
Kenapa engkau hadir dlm hdupku…
Kenapa engkau membuatku menangis…?
kenapa engkau senyum dlm tangisku…
Begitu mudahnya kau melupakan persahabatan kita…
Sia2 kita bina persahabatankita ini…
Selamat tinggal sahabat sejatiku…

Indahnya persahabatan


Indahnya Persahabatan                                                         
 
Tiada mutiara sebening cinta..
Tiada sutra sehalus kasih sayang..
Tiada embun sesuci ketulusan hati..
Dan tiada hubungan seindah persahabatan..
Sahabat bukan

MATEMATIKA yang dapat dihitung nilainya..

EKONOMI yang mengharapkan materi..
PPKN yang dituntut oleh undang-undang..

Tetapi
Sahabat adalah SEJARAH yang dapat dikenang sepanjang masa..

kata mutiara

Mengenai Saya

Foto saya
My name is Anik Faridah Ningseh class XI IPA 4, I school in MAN Sidoarjo... My hobby is reading, writing n' listening..
Diberdayakan oleh Blogger.